Mana yang bener? Metode atau metodologi penelitian?
Kita yang lagi nulis penelitian entah itu suatu artikel akademik, skripsi, ataupun tesis sering menemukan adanya suatu bab khusus yang didedikasikan pada cara-cara atau tahap-tahap serta hal terkait lain yang dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian kita. Bab cara2 itu namanya apa?
Banyak orang menggunakan istilah “metode penelitian” sementara sebagian lainnya pake istilah “metodologi penelitian”. Trus, mana yang bener?
Oke, kita bandingin dulu.
Method: 1. a procedure or process for attaining an object: as a (1) : a systematic procedure, technique, or mode of inquiry employed by or proper to a particular discipline or art (2) : a systematic plan followed in presenting material for instruction b (1) : a way, technique, or process of or for doing something (2) : a body of skills or techniques
Methodology: 1. a body of methods, rules, and postulates employed by a discipline : a particular procedure or set of procedures
2 : the analysis of the principles or procedures of inquiry in a particular fieldsumber: Kamus Merriam-Webster
Umm… kalo gitu sih “metodologi penelitian” itu keliru.
Kenapa?
Gampangnya sih karena -logy (-logi dalam metodologi), yang berasal dari kata Yunani logos, itu berarti suatu ilmu.
Misalnya
- Biologi: ilmu yang mempelajari kehidupan alam (bi + logy).
- Sosiologi: ilmu yang mempelajari sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat (socio + logy).
- Etnologi: ilmu yang mempelajari ras dan suku dalam masyarakat (ethno + logy)
Metodologi kemudian adalah ilmu yang mempelajari suatu kumpulan metode, aturan, postulat oleh suatu disiplin tertentu. Disiplinnya apa aja? Disiplin dalam metodologi penelitian misalnya positivis, studi kasus, focus group discussion, dll. Metodologi penelitian, secara operasional, merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode (jamak) penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sendiri ada banyak misalnya etnografi, studi kasus, focus group discussion (FGD), dan lain-lain.
Nah, kalo kita nulis “metodologi penelitian” sebagai judul suatu bab maka seharusnya isi bab itu (bab metodologi penelitian) adalah ilmu di atas tadi. Padahal, sering yang kita maksud dengan “metodologi penelitian” dalam artikel akademik hanyalah suatu metode, prosedur, atau cara kita sendiri yang sangat spesifik dalam menguji hipotesis penelitian kita. Bila itu yang kita maksud maka, seharusnya, istilah yang kita gunakan adalah “metode penelitian”.
Metode berarti suatu prosedur, cara, atau teknik tertentu dalam memperoleh sesuatu, misalnya hasil penelitian kita. Metode penelitian kemudian berarti suatu prosedur, cara, atau teknik tertentu dalam memperoleh hasil penelitian kita. Praktisnya, orang yang membaca metode penelitian kita, kemudian menjalankannya sesuai dengan yang kita tulis, seharusnya dapat memperoleh hasil persis seperti yang kita peroleh.
Analogi “metode penelitian” adalah resep masakan. Orang yang mengikuti resep suatu resep (mengikuti bahan2, metode, dan prosedur) membuat blackforest, misalnya, seharusnya memperoleh blackforest sebagai hasil akhirnya, bukan muffin, brownies, atau lainnya. Resep itu harus sangat spesifik dan rinci sehingga dapat menjamin hasil yang akan kita peroleh tidak keliru. Sespesifik dan serinci itu sebuah resep maka sespesifik dan serinci itu pulalah metode penelitian kita.
Kekeliruan umum yang sering kita lakukan yang juga berkontribusi pada kekeliruan penggunaan istilah “metodologi penelitian” adalah kecenderungan kita untuk memasukkan teori umum metode penelitian ke dalam artikel penelitian kita. Kekeliruan memasukkan teori umum ini berkontribusi pada kekeliruan penggunaan istilah “metodologi penelitian” karena menjustifikasi penggunaan istilah “metodologi penelitian” dalam artikel penelitian sebab yang kita tulis di dalamnya adalah teori umum dari ilmu yang menjelaskan metode (i.e. metodologi). Misalnya, memasukkan definisi sampel, kurang rinci dalam menulis prosedur, dll. Namun, memasukkan teori umum semacam itu adalah keliru. Semestinya, metode penelitian kita cukup spesifik dan rinci sehingga orang bisa mengikuti prosedur, cara2, dan teknik yang kita lakukan, untuk kemudian memperoleh hasil yang sama dengan yang kita peroleh.
Di bawah ini adalah sebuah contoh deskripsi sampel yang baik. Contoh ini saya terjemahkan dari deskripsi sampel artikel “The Role of Big 6 Auditors in the Credible Reporting of Accruals” oleh J.R Francis, E.L. Maydew, dan H.C. Sparks dalam jurnal Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol.18, No.2, 1999 (halaman. 22).
Karena Big 6 mengaudit 90 persen perusahaan di NYSE dan AMEX, kami membatasi sampel pada perusahaan (yang terdaftar di) NASDAQ yang di dalamnya Big 6 tidak terlalu dominan dan prediksi mengenai pilihan auditor secara sukarela lebih dapat diuji secara baik (plausible: adil/fair dan masuk akal). Sampel mencakupi seluruh observasi yang memenuhi kriteria berikut: (1) ada di dalam Compustat Annual Tapes (Full Coverage and Research Tapes) tahun 1993 atau 1994 yaitu untuk periode di antara 1974-1994, (2) memiliki nilai penjualan lebih besar dari nol, dan (3) terdaftar di NASDAQ.
Notes: definisi terkait istilah saya ambil dari kamus Merriam-Webster. Kamus, yang autoritatif (i.e. dapat dipercaya), ini juga tersedia online di http://www.merriam-webster.com/
sangat membantu 😀 thanks
SukaSuka
Sama-sama 😀
SukaSuka
terima kasih.. tulisan ini telah membantu saya untuk menjelaskan perbedaan keduanya… salam
SukaSuka
Sama-sama, saya juga senang kalau bisa sedikit berguna. 😀
SukaSuka
kalau Pak Wardjono, kok metoda ya mbak?
SukaSuka
Soalnya akhiran ‘a’ itu memang lebih cocok dengan bahasa kita, bu. Jarang ada kata Indonesia yang berakhiran ‘e’ sehingga secara jangka panjang memang lebih menguntungkan. Misalnya kita mengabsorbsi ‘design’ jadi ‘designa’ maka bila ditambahkan imbuhan pe-an akan jadi pendesignaan. Ini lebih terasa Indonesia-nya.
SukaSuka
thanks….. sangat membantu, karena metode dan metodologi lumayan di bahas di skripsiku…skali lagi thanks…
SukaSuka
Sama-sama Anna. Semoga sukses skripsinya.
SukaSuka