“Satu coklat ini aja. Lagian buat ngilangin stres koq. Trus setahun kemudian dan tiba-tiba kamu sudah menggendut, naik 20 kg.”
Koq bisa ya ada orang yang teguh memegang dan melaksanakan value-nya? Apakah karena ada hal besar nan gawat yang terjadi dan kemudian dia lulus ujian itu? Misalnya ada temen yang tiba-tiba ngajakin, “[E]h, korupsi 10 miliar yuk.” Trus kita bilang, “Nggak mau, ntar ditangkap KPK.” Apa kayak gitu?
Enggak lho ternyata. Menurut Clayton Christensen di bukunya How Will You Measure Your Life, godaan penyimpangan value itu justru mulai dari hal-hal kecil yang menggoda namun makin lama makin besar skalanya. Penambahannya bertahap, jadi ya nggak kerasa. Ya iya sih, mana ada orang punya cita-cita mau korupsi besar-besaran atau mau jadi perampok kelas kakap atau tukang nyontek di sekolah. Bahkan perokok berat yang menghabiskan 3 bungkus sehari aja mulainya mesti dari 1 batang dulu kan? Alhasil temen tadi gak ngajakin korupsi 10 miliar melainkan datang ngasi amplop hasil mark-up proyek, “[N]ih buat makan siang.” Pas kita buka isinya Rp100 ribu. Yaah, koq dikit sih? *eh
Eh tapi koq mau? Bagian buku Clayton Christensen itu dengan oke sekali dinamakan Just This Once (Sekali Ini Aja). Selain mungkin godaannya kecil, kita juga beralasan ‘sekali ini aja koq.’ Lagi stres kan, trus makan coklat buat menghibur diri. Ya gakpapa lah sekali ini aja. Eh tiba-tiba setahun kemudian beratmu udah nambah 20 kg aja gitu. (Pengalaman, saudara-saudara.) Repot kan?
Yah tapi di sisi lain ada juga orang-orang yang sukses mempertahankan prinsip, value, cita-citanya. Kalau berjuang di batas bawah, jangan jadi orang jahat (e.g. korupsi), itu diwarnai dengan godaan kecil maka berjuang di batas atas itu sebaliknya. Berusaha melakukan hal yang kita inginkan, yang keren, itu biasanya diwarnai dengan godaan hadiah/reward yang relatif besar untuk arah yang sebaliknya. Misalnya orang yang pengen buka usaha itu harus berjuang susah payah. Bandingkan dengan sebaliknya, kalau langsung jadi pegawai: punya uang, hidup enak terjamin.
Salah satunya yang sukses mempertahankan cita-cita tuh Kathryn Bigelow. Sutradara wanita ini bikin film-film macam Hurt Locker dan Zero Dark Thirty, yang bukan cuma kontroversial tapi juga punya standar tinggi. Ribet banget kan bikinnya? Kebetulan, dia sempat berbagi cerita momen yang membuat dirinya jadi sutradara (liat video di bawah). Kebetulan pula, cerita ini sebenernya juga mengungkap gimana sih seseorang bisa punya prinsip.

Momen itu, salah satunya, datang ketika Kathryn Bigelow sedang susah-susahnya. Lagi serius bokek. Dia bilang waktu itu, “…was rubbing two pennies together, I had like a half of can of tuna fish and a bottle of water in the refrigerator, that was it. I couldn’t pay rent, (and) I was in condemned building.”
Kemudian ada seorang produser yang menawarkan membeli skrip Near Dark yang Kathryn tulis. Banyak uang dong? Beres dong soal keuangan? Masalahnya, sebenernya Kathryn menulis skrip itu untuk dia sutradarai sendiri. Kalau kamu jadi Kathryn, kamu pilih mana? Jual skrip itu dan terima uangnya dengan konsekuensi kali ini batal jadi sutradara (ya gakpapa lah, sekali ini aja kan) atau tetap mempertahankan skrip untuk jadi sutradara itu?
Kathryn sendiri menolak tawaran itu. Dia tutup teleponnya. Si produser akhirnya nelpon lagi (mungkin saking keren skripnya), membolehkan Kathryn jadi sutradara asal dia bisa dipecat setelah adegan pembuka. Sisanya sudah jadi bagian sejarah, beneran sejarah. Kathryn Bigelow merupakan wanita pertama yang memperoleh Oscar untuk sutradara terbaik. 🙂
//