“If you want your children to be intelligent, read them fairy tales. If you want them to be more intelligent, read them more fairy tales.” — Albert Einstein
Nggak bisa dipungkiri, sekarang ini zaman visual. Orang lebih suka liat slides PowerPoint daripada baca catatan, lebih suka lihat penjelasan di YouTube daripada baca blog dengan topik yang sama, dan lebih suka lihat tv daripada baca buku. Ya kan? Trus masih perlu nggak sih baca buku yang isinya cuma teks aja gitu?
Masih. Perlu. Banget.

Kenapa? Neil Gaiman ngasi argumen berikut: kalau kamu baca buku, mau nggak mau, kamu bakal ngebayangin apa yang tertera dalam kata-kata tersebut. Misalnya: “Aku pun memutuskan menginap di kabin pinggir danau yang indah ini. Suasana danau ini sungguh tenang, disempurnakan oleh pegunungan tua hijau nan kokoh yang mengelilinginya. Dibelai hawa yang sejuk, mungkin masalahku bisa segera memudar dalam surga di bumi ini.”
Kalau kalimat itu ditunjukkan pada 20 orang maka kemungkinannya tiap orang bakal punya gambaran yang berbeda-beda. Lho tapi kan hal-hal yang dibayangkan sama (kabin, danau, dan pegunungan)? Ya karena tiap orang punya imaginasi sendiri-sendiri. Itu dia dampak paling penting membaca: membuat pelakunya berimaginasi, menggunakan kepandaian dan kreativitasnya secara aktif. Coba kalau itu acara tv, sudah jelas wujud kabin, danau, pengunungan, dan sebagainya. Apalagi yang mau diimaginasikan? Yang nonton cuma terima jadi, otak pasif deh.
Itu pentingnya membaca. Satu dari sekian hal menarik yang disampaikan Neil Gaiman. Selebihnya, monggo baca artikel aslinya. 😀
Neil Gaiman: Why our future depends on libraries, reading and daydreaming | Books | theguardian.com.
//