Secara umum, ada 2 faktor yang perlu kita perhatikan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Pertama, tentu saja, faktor sarana dan prasarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dokter, perawat, obat-obatan, dan sebagainya. Faktor yang kedua adalah faktor yang lebih umum seperti lingkungan yang bersih, pola hidup dan makan yang sehat, pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan, pendapat dan/atau prasangka mengenai dunia kesehatan (e.g. berobat itu mahal, nanti bisa sembuh sendiri), dan sebagainya. Kedua faktor ini sering kali berkaitan erat sehingga perlu dikelola atau diusahakan secara bersamaan.
Misalnya sakit diare. Sebagian kasus diare disebabkan oleh lingkungan yang tidak higienis, seperti buang air di sungai atau danau. Dunia kesehatan kemudian bertugas menyembuhkan penderita diare. Namun demikian, bila kebersihan dan kesehatan lingkungan mereka tidak diperbaiki maka kasus diare ini akan terus berulang.

Masalahnya, kedua faktor tersebut umumnya dikelola secara terpisah. Dunia kesehatan menangani aspek kuratif atau penyembuhan suatu penyakit. Sementara itu hal-hal yang mungkin menyebabkan atau mempengaruhi kondisi suatu penyakit di masyarakat (e.g. kebersihan sungai) umumnya dikelola oleh bidang-bidang lain. Kerja sama antara kedua faktor kesehatan masyarakt tersebut pun kadang terhambat dengan sejumlah hal. Mulai dari hal yang simpel seperti perbedaan model atau tipe data sampai dengan hal yang lebih kompleks dan strategis seperti perbedaan prioritas/agenda pada periode terkait. Hal ini menyebabkan pengintegrasian faktor-faktor tersebut menjadi tidak mudah.
Hal ini bisa berubah dengan perkembangan teknologi informasi yang ada saat ini. Internet, dengan koneksinya yang makin baik, memungkinkan adanya suatu sistem terintegrasi. Android memudahkan kita untuk mengembangkan beragam aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, kemampuan komputasi handphone yang makin canggih memungkinkan pemrosesan dan pemanfaatan informasi dari mana saja. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat model imaginer bernama “Sistem Kesehatan Kota” berikut ini.
Apa itu Sistem Kesehatan Kota?
Sistem kesehatan kota adalah sistem berbasis internet yang terintegrasi dengan batasan geografis wilayah kota. Beragam faktor dapat kita masukkan ke sini. Data utama tentu saja dari sarana dan prasarana kesehatan. Namun selain itu dilengkapi juga dengan data-data faktor lain yang diperlukan seperti kebersihan lingkungan. Dalam contoh kasus diare, kita bisa masukkan data kasus diare yang ditangani dan kemudian tingkat kebersihan suatu desa, misalnya. Data kasus diare yang ditangani serta lokasi atau alamat pasien bisa diperoleh dari puskesmas dan rumah sakit. Sementara tingkat kebersihan suatu desa (rt/rw) kita peroleh melalui survei.
Fitur 1: Kemudahan untuk Memilih Strategi dan Prioritas
Katakanlah data telah diambil dan hasilnya seperti yang bisa kita lihat di gambar di bawah ini. Makin hijau menunjukkan makin bersihnya suatu desa, sementara itu warna merah menunjukkan desa yang tidak higienis. Di samping, kita juga bisa melihat kasus diare yang terjadi. Kita bisa melihat bahwa Desa B yang memiliki jumlah kasus diare terbanyak ternyata merupakan desa yang tidak higienis. Hal ini mendorong kita untuk memperbaiki kebersihan desa tersebut sebagai cara yang mungkin dapat mengurangi banyaknya kasus diare. Sementara itu, bila kita lihat Desa C dan E yang juga belum merupakan desa bersih namun kasus diarenya rendah maka ada kemungkinan diare yang terjadi bersifat kasuistik atau terjadi karena penyebab lain.
Manfaat lainnya adalah pengambilan solusi yang lebih cepat. Kita tahu bahwa tampaknya hanya kebersihan Desa B yang segera perlu ditingkatkan untuk mengurangi kasus diare. Hal ini berarti biaya yang diperlukan lebih kecil, bila dibandingkan dengan program peningkatan kebersihan seluruh desa. Dengan biaya yang lebih kecil, harapannya dana lebih mudah tersedia, sehingga Desa B bisa segera diperbaiki kebersihannya, dan kasus diare bisa berkurang di waktu-waktu berikutnya.
Pengolahan data dan informasi semacam ini bisa kita lakukan karena internet memungkinkan lebih banyak data yang diproses beserta informasi yang dihasilkan.

Fitur 2: Early Warning System
Teknologi informasi juga memungkinkan input dan pengolahan data secara real time. Bila ini terjadi maka kita dapat membangun sistem peringatan dini. Dalam kasus diare, misalnya, sistem peringatan dini yang dikombinasi dengan tindakan pencegahan dini mungkin dapat membantu mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Caranya dengan menentukan titik kritis (misal: x = 10 kasus per desa) ataupun mempelajari pola yang mendahului terjadinya KLB (misal: peningkatan kasus diare lebih dari 2 kali lipat di minggu berikutnya).
Kita ambil contoh desa D di atas, dia telah berada di titik kritis. Pemerintah bisa melakukan pencegahan dini seperti menerjunkan tenaga kesehatan ke desa tersebut, mengajarkan penanganan dini pada penderita diare agar kasusnya tidak menjadi parah, pemberian perhatian khusus pada bayi dan balita yang rentan terkena diare, dan sebagainya.
Mengapa Kota?
Model ini dibangun berdasar sistem kota karena pemimpin daerah (i.e. walikota) memiliki wewenang atas berbagai faktor di kota, seperti mengembangkan lingkungan yang bersih, atau paling tidak memiliki kemampuan mempengaruhi faktor tersebut, seperti gerakan pola hidup sehat. Walikota juga memiliki tanggung jawab kepada masyarakatnya untuk menjadikan kualitas hidup mereka lebih baik, entah itu dalam hal kesejahteraan, kesehatan, dan lain-lain. Dengan demikian, sistem ini akan lebih efektif bila dikembangkan selaras dengan kemampuan/kewenangan tersebut.
Mengapa Preventif?
Sebagian kasus sakit terjadi karena faktor yang bisa kita kendalikan atau usahakan. Diare yang diakibatkan karena lingkungan tidak sehat, misalnya, bisa kita kurangi dengan menyediakan fasilitas MCK yang baik, memberi pengetahuan soal diare dan kebersihan lingkungan, dan semacamnya. Dengan mengurangi penyebabnya, paling tidak kita bisa mengurangi diare karena faktor ini. Selain itu, belum banyak usaha terstruktur untuk mencegah penyakit sehingga ada lebih banyak peluang kemajuan (i.e. peningkatan kualitas kesehatan masyarakat) yang bisa dicapai.