Risiko Terbesar menjadi Dosen

hyp·o·crite

noun \ˈhi-pə-ˌkrit\

: a person who claims or pretends to have certain beliefs about what is right but who behaves in a way that disagrees with those beliefs

Full Definition of HYPOCRITE

1:  a person who puts on a false appearance of virtue or religion
2:  a person who acts in contradiction to his or her stated beliefs or feelings
(Sumber: Merriam-Webster Online Dictionary)

Awal Februari ini untuk pertama kalinya aku sepenuhnya senang dan bersemangat sekali karena bakal Slide Ngajarmengajar. Jangan salah, aku cukup akrab dengan dunia pendidikan, pernah mengajar, dan sudah sering didorong menjadi dosen jadi sudah lumayan sering memikirkan profesi ini. Masalahnya tetap ada saja ada beberapa kekhawatiran besar soal mengajar dan menjadi dosen ini. Namun kali ini enggak, kali ini aku sudah menemukan cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Aku jenius!

Sebentar dulu, memangnya apa sih masalah-masalah terkait mengajar dan menjadi dosen? Buatku ada 3 masalah besar dalam mengajar dan menjadi dosen. Pertama, ancaman bosan. Gimana enggak, mengajar itu berarti anda menguasai suatu bahan dan kemudian meneruskan bahan tersebut ke sejumlah mahasiswa. Ibarat penyanyi yang menciptakan suatu lagu dan kemudian harus tampil di berbagai panggung membawakan lagu tersebut. Bosan.

Kedua, ancaman cuma pasif jadi penonton dan juri. Aku tipikal orang yang lebih suka melakukan sesuatu. Sementara jelas kalau mengajar, mahasiswa lah pemeran utamanya. Mahasiswa lah yang mempelajari bahan, melakukan analisis, dan menghadapi ujian. Dosen cuma menonton dan, di saat-saat tertentu, menjadi juri atas karya-karya mahasiswa tersebut.

Ketiga, ancaman jadi diktator. Selama ini aku relatif persuasif dalam berpendapat ataupun menjual ide/pemikiran. Ya mau gimana lagi, ha wong yang kuhadapi adalah profesor yang keren-keren banget. Aku cukup tau diri lah untuk kemudian belajar berargumentasi dan menyampaikannya secara baik pada mereka. (Itu aja bandel btw.) Ini berbeda dengan kelas di mana aku yang berkuasa. Mahasiswa umumnya lebih muda 10 – 12 tahun daripada aku, dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang (kayaknya sih) jauh di bawahku. Belum lagi kekuasaan dosen yang begitu besar dalam menentukan nilai maupun memberi tugas pada mahasiswa. Mahasiswa nggak mau nurut apa kataku? Kasih aja tugas yang berat. Aku melihat diriku dengan mudah tergelincir ke arah ini.

Bosan, pasif, diktator. Ketiga hal itu masalah-masalahku. Namun kali ini berbeda. Kali ini rasanya aku berhasil menyusun model kelas yang relatif tidak membuatku bosan, tidak membuatku cuma jadi penonton dan juri, dan (semoga sih) juga tidak jadi diktator.

Alhasil aku jadi sungguh bersemangat! Mulailah aku menyusun presentasi untuk mengajar pertemuan pertama, 10 Februari lalu. Di dalam presentasi kuselipkan cerita mengenai pemilihan model mengajarku beserta alasannya plus hal-hal ideal yang mendasari pemilihan model tersebut. Ada beberapa hal ideal yang kusampaikan, antara lain soal menjadi kreatif, flow, dan menghasilkan karya yang bagus. Asumsi dasar dalam projekku ini tentu saja adalah berani mengambil risiko dan bekerja keras, hanya dengan keduanya orang bisa belajar menjadi kreatif.

Eh tapi tunggu dulu, memangnya aku sudah menerapkan semua hal itu?

Apa aku sudah kreatif, mengalami flow, dan menghasilkan karya yang bagus? Apakah aku sudah mengambil risiko dan bekerja keras?

Hipokrit berarti tindakan yang berbeda dengan nilai/value yang dinyatakannya. Misalnya orang ngasi tau orang lain jangan merokok tapi dia sendiri merokok, orang ceramah soal penghematan energi tapi boros listrik di rumah atau pakai mobil ber-cc besar, dan banyak lagi.

Masalahnya risiko menjadi hipokrit ini merupakan risiko bawaan menjadi seorang dosen. Koq bisa gitu? Untuk menjadi hipokrit, orang butuh 2 hal: pertama, menyatakan nilai/value tertentu dan kedua, melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai yang dinyatakannya itu. Meskipun semua orang pastilah mengambil tindakan tertentu, tidak semua orang perlu menyatakan nilai/value-nya. Pun tidak semua orang harus menyatakan nilai/value atau hal yang positif. Kalau aku jadi penulis yang malas misalnya, aku nggak perlu bilang sama orang kalau aku rajin. Aku bisa bilang terus terang bahwa aku penulis malas.

Namun dosen? Mau nggak mau harus ngomong soal nilai/value yang positif kan? Rasanya malah tidak bertanggung jawab kalau mengajarkan nilai/value yang negatif. Dalam hal ini posisi dosen setara dengan pendakwah atau ustadz yang menyampaikan khotbah Jumat. Namun risiko terperosoknya dosen menjadi seorang hipokrit lebih parah lagi daripada ustadz yang berkhotbah. Ini karena dosen tidak sekedar ngomong dan menyatakan nilai/value tertentu. Dosen juga pada akhirnya memaksakan nilai/value itu pada mahasiswa.

Dengan memberi skor nilai yang tinggi hanya pada hasil kerja mahasiswa yang sangat baik, misalnya, berarti secara implisit si dosen menekankan pentingnya berkarya dengan serius dan memberi hasil yang terbaik. Bagus kan? Masalahnya kemudian adalah kalau si dosen (i.e. aku) sendiri ternyata tidak berkarya dengan serius dan tidak memberi hasil yang terbaik dalam kehidupan kerjanya. Di sini aku menjadi seorang hipokrit, akut.

Orang-orang yang bertanggung jawab dan berintegritas tinggi tentu saja akan menjaga kesesuaian kata-kata dengan tindakannya. Beberapa profesor yang kukenal sangat-sangat bertanggung jawab dan berintegritas tinggi. Masalahnya aku jauh dari ideal. Aku entah orang yang bertanggung jawab entah enggak, integritas ya justru makin dipertanyakan lagi saking abstraknya konsep ini.

Aku memang sungguh percaya pada nilai-nilai menjadi kreatifnamun apa iya selalu bisa menjalankan asumsi-asumsinya? Malam itu aku teringat projek-projekku yang belum selesai, entah karena takut, karena malas, karena hilang minat, atau karena tidak cukup tabah menghadapi masalah-masalah real. Kalau begini terus jalan ceritanya, apa iya aku bisa selamat dari risiko menjadi seorang hipokrit?

Melihat-lihat lagi slide ngajarku, memikirkan ulang maksudku, mempertimbangkan risiko dan manfaatnya, akhirnya aku menghapus sebagian poin-poin di dalamnya. Haih, rasanya semester ini bakalan berat.

Diterbitkan oleh arierahayu

Cerita soal akuntansi

5 tanggapan untuk “Risiko Terbesar menjadi Dosen

  1. Ping-balik: Corrupt | bLog Juga

Bagaimana menurut anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: